Oleh:
Citra Anestasha
Mahasiswa Teknik Industri
Universitas Mercu
Buana
Abstrak
Industri batik dan tekstil merupakan
salah satu penghasil limbah cair yang berasal dariproses pewarnaan. Selain
kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga
mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan, pada
umumnya polutan yang terkandung dalam limbah industri batik dapat berupa logam
berat, padatan tersuspensi, atau zat organic. Setelah proses pewarnaan selesai,
akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat, apabila limbah batik
ini dialirkan langsung ke lingkungan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu,
maka akan menurunkan kualitas lingkungan dan merusak kehidupan yang ada di
lingkungan tersebut. Karena potensinya yang cukup besar, maka perlu adanya
usaha pengelolaan limbah dengan menggunakan
metode yang efektif. Sehingga
limbah yang di buang ke saluran air adalah limbah yang aman bagi lingkungan dan
adanya perbaikan sistem drainase yang
mampu menunjang perkembangan industri batik. Sehingga industri batik tidak
hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bersahabat dengan lingkungan.
Kata Kunci: Batik, Tekstil, Limbah
Pendahuluan
Batik adalah salah satu
icon kuat yang menjadikan ciri khas Indonesia. Akan tetapi dibalik keindahan
batik-batik itu, ada persoalannya yaitu : limbah batik. Dalam kenyataannya
limbah batik memang menjadi persoalan yang masih sulit untuk ditanggulangi,
karena setiap produsen batik rumahan, setiap harinya membuang puluhan kubik air
yang tercampur obat batik (Limbah Batik). Dan itu dialirkan ke sungai tanpa
proses penyaringan terlebih dahulu, oleh sebab itu sungai-sungai dikawasan
buaran dan sekitarnya menjadi kotor dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Yang
lebih parahnya sumur-sumur warga yang bertempat tinggal dibantaran sungai
tersebut airnya terkontaminasi oleh limbah batik, sehingga warna air sumur
berubah menjadi sedikit keruh dan berbau obat.
Semua itu sangatlah
berbahaya apabila air yang terkontaminasi limbah batik itu digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari seperti, mandi, mencuci, serta untuk memasak air. Masyarakat
sekitar tampaknya belum sadar akan dampak yang akan dirasakan oleh limbah batik
tersebut. Mereka semua hanya berfikir bagaimana membuat batik yang baik dan
bagus agar bisa terjual dan laku di pasaran lokal maupun di pasaran
mancanegara.
Dampak Limbah Batik
Terhadap Lingkungan
Limbah sebagian besar
berasal dari industri rumah tangga. Bahkan, sebagian industri rumahan membuang
limbah ke sungai tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Perbuatan tersebut
membuat air sungai menjadi kotor dan tercemar. Efek negatif pewarna kimiawi
dalam proses pewarnaan oleh perajin batik adalah risiko terkena kanker kulit.
Ini terjadi karena saat proses pewarnaan, umumnya para perajin tidak
menggunakan sarung tangan sebagai pengaman, kalaupun memakai, tidak benar-benar
terlindung secara maksimal.
Akibatnya, kulit tangan
terus-menerus bersinggungan dengan pewarna kimia berbahaya seperti Naptol yang
lazim digunakan dalam industri batik. Bahan kimia yang termasuk dalam kategori
B3 (bahan beracun berbahaya) ini dapat memacu kanker kulit.
Selain itu, limbah
pewarna yang dibuang sembarangan, juga bisa mencemari lingkungan. Ekosistem
sungai rusak. Akibatnya, ikan-ikan mati dan air sungai tidak dapat dimanfaatkan
lagi. Lebih dari itu, air sungai yang telah tercemar meresap ke sumur dan
mencemari sumur. Padahal air itulah yang digunakan untuk keperluan hidup
sehari-hari.
Pengolahan
limbah batik dapat dilakukan dengan 3 cara:
1. Pengolahan Aerob
Salah satu pengolahan
secara biologi adalah dengan proses aerob menggunakan lumpur aktif. Pengolahan
limbah cair secara biologis dengan menggunakan lumpur aktif pada dasarnya
adalah pengolahan terhadap limbah cair sehingga memenuhi syarat bagi perkembangbiakan
mikroorganisme ”bakteri” sebagai decomposer benda-benda organik yang terlarut
dalam air dan membentuk lumpur aktif (activated slugde) dapat digunakan kembali
untuk mengolah air yang masuk ke instalasi pengolahan. Bakteri merupakan
kelompok mikroorganisme yang mampu melaksanakan proses metabolisme benda-benda
organik sehingga merupakan bagian yang terpenting dalam rantai makanan dan
pengolahan air limbah.
2. Pengolahan Secara
Anaerob
Pada prinsipnya proses
pengolahan secara anaerob adalah mengubah bahan organik dalam limbah cair
menjadi methane dan karbon monoksida tanpa adanya oksigen. Perubahan ini
dilakukan dalam dua tahap dengan dua kelompok bakteri yang berbeda. Pertama,
zat organik diubah menjadi asam organik dan alkohol yang mudah menguap. Kedua,
melanjutkan perombakan senyawa asam organik menjadi methane. Zat methane tidak
dapat menarik oksigen. Agar proses pembusukan anaerobik berfungsi sangat
memuaskan kadang-kadang ditambahkan nitrogen dan fosfor. Selama proses operasi,
udara tidak boleh masuk. Masuknya udara akan mempercepat produksi asam organik,
menambah karbondioksida tetapi mengurangi methane.
3. Pengolahan Secara
Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi merupakan
pengadukan secara cepat untuk menggabungkan koagulan dengan air sehingga
didapat larutan yang homogen. Koagulasi disebabkan oleh ion – ion yang
mempunyai muatan berlawanan dengan muatan partikel koloid. Ion – ion tersebut
berasal dari koagulan. Penambahan ion – ion yang mempunyai muatan yang
berlainan akan menimbulkan ketidakstabilan partikel koloid. Koagulan adalah
bahan kimia yang mempunyai kemampuan menetralisasi muatan partikel koloid dan
mampu untuk mengikat partikel koloid tersebut membentuk gumpalan flok.
Efektivitas dari kerja koagulan tersebut tergantung pH dan dosis dari pemakaian
dan sifat air limbah.
Solusi
untuk Mengatasi Pencemaran Limbah Batik
Sejauh ini tak banyak
yang bisa dilakukan Pemerintah kecuali memberikan mesin Unit Pengelolaan Limbah
(UPL). UPL ini bisa mengolah 400 meter kubik limbah. Yang mana dengan mesin
tersebut bisa mengurangi pencemaran limbah batik dilingkungan buaran dan
sekitarnya.
Langkah lain adalah
melakukan remediasi atau membersihkan racun di tanah atau air yang tercemar
limbah melalui mikroorganisme maupun lewat tanaman yang bisa menyerap unsur
logam seperti rami dan nilam.
Kesimpulan
Daftar
Pustaka
Sumarno, Ir. MS, Indro
Sumantri, Ir.Meng., (1999), Pengolahan Limbah CairIndustri Kecil Batik dengan
Bak Anaerobik Bersekat. Semarang : Seminar Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses
1999
Widodo. 2004, Batik
Seni Tradisiona. PT. Penebar Swadaya : Yogyakarta