Laman

Minggu, 16 November 2014

Batik Dengan Dampak Limbahnya Terhadap Lingkungan



Oleh: Citra Anestasha
 Mahasiswa Teknik Industri
Universitas Mercu Buana


Abstrak

Industri batik dan tekstil merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal dariproses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri batik dan tekstil juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar diuraikan, pada umumnya polutan yang terkandung dalam limbah industri batik dapat berupa logam berat, padatan tersuspensi, atau zat organic. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang berwarna keruh dan pekat, apabila limbah batik ini dialirkan langsung ke lingkungan tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, maka akan menurunkan kualitas lingkungan dan merusak kehidupan yang ada di lingkungan tersebut. Karena potensinya yang cukup besar, maka perlu adanya usaha pengelolaan limbah dengan menggunakan metode yang efektif. Sehingga limbah yang di buang ke saluran air adalah limbah yang aman bagi lingkungan dan adanya perbaikan sistem drainase  yang mampu menunjang perkembangan industri batik. Sehingga industri batik tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga bersahabat dengan lingkungan.
Kata Kunci: Batik, Tekstil, Limbah


Pendahuluan

Batik adalah salah satu icon kuat yang menjadikan ciri khas Indonesia. Akan tetapi dibalik keindahan batik-batik itu, ada persoalannya yaitu : limbah batik. Dalam kenyataannya limbah batik memang menjadi persoalan yang masih sulit untuk ditanggulangi, karena setiap produsen batik rumahan, setiap harinya membuang puluhan kubik air yang tercampur obat batik (Limbah Batik). Dan itu dialirkan ke sungai tanpa proses penyaringan terlebih dahulu, oleh sebab itu sungai-sungai dikawasan buaran dan sekitarnya menjadi kotor dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Yang lebih parahnya sumur-sumur warga yang bertempat tinggal dibantaran sungai tersebut airnya terkontaminasi oleh limbah batik, sehingga warna air sumur berubah menjadi sedikit keruh dan berbau obat.
Semua itu sangatlah berbahaya apabila air yang terkontaminasi limbah batik itu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti, mandi, mencuci, serta untuk memasak air. Masyarakat sekitar tampaknya belum sadar akan dampak yang akan dirasakan oleh limbah batik tersebut. Mereka semua hanya berfikir bagaimana membuat batik yang baik dan bagus agar bisa terjual dan laku di pasaran lokal maupun di pasaran mancanegara.

Dampak Limbah Batik Terhadap Lingkungan

Limbah sebagian besar berasal dari industri rumah tangga. Bahkan, sebagian industri rumahan membuang limbah ke sungai tanpa ada pengolahan terlebih dahulu. Perbuatan tersebut membuat air sungai menjadi kotor dan tercemar. Efek negatif pewarna kimiawi dalam proses pewarnaan oleh perajin batik adalah risiko terkena kanker kulit. Ini terjadi karena saat proses pewarnaan, umumnya para perajin tidak menggunakan sarung tangan sebagai pengaman, kalaupun memakai, tidak benar-benar terlindung secara maksimal.
Akibatnya, kulit tangan terus-menerus bersinggungan dengan pewarna kimia berbahaya seperti Naptol yang lazim digunakan dalam industri batik. Bahan kimia yang termasuk dalam kategori B3 (bahan beracun berbahaya) ini dapat memacu kanker kulit.
Selain itu, limbah pewarna yang dibuang sembarangan, juga bisa mencemari lingkungan. Ekosistem sungai rusak. Akibatnya, ikan-ikan mati dan air sungai tidak dapat dimanfaatkan lagi. Lebih dari itu, air sungai yang telah tercemar meresap ke sumur dan mencemari sumur. Padahal air itulah yang digunakan untuk keperluan hidup sehari-hari.


Pengolahan limbah batik dapat dilakukan dengan 3 cara:

1. Pengolahan Aerob
Salah satu pengolahan secara biologi adalah dengan proses aerob menggunakan lumpur aktif. Pengolahan limbah cair secara biologis dengan menggunakan lumpur aktif pada dasarnya adalah pengolahan terhadap limbah cair sehingga memenuhi syarat bagi perkembangbiakan mikroorganisme ”bakteri” sebagai decomposer benda-benda organik yang terlarut dalam air dan membentuk lumpur aktif (activated slugde) dapat digunakan kembali untuk mengolah air yang masuk ke instalasi pengolahan. Bakteri merupakan kelompok mikroorganisme yang mampu melaksanakan proses metabolisme benda-benda organik sehingga merupakan bagian yang terpenting dalam rantai makanan dan pengolahan air limbah.

2. Pengolahan Secara Anaerob
Pada prinsipnya proses pengolahan secara anaerob adalah mengubah bahan organik dalam limbah cair menjadi methane dan karbon monoksida tanpa adanya oksigen. Perubahan ini dilakukan dalam dua tahap dengan dua kelompok bakteri yang berbeda. Pertama, zat organik diubah menjadi asam organik dan alkohol yang mudah menguap. Kedua, melanjutkan perombakan senyawa asam organik menjadi methane. Zat methane tidak dapat menarik oksigen. Agar proses pembusukan anaerobik berfungsi sangat memuaskan kadang-kadang ditambahkan nitrogen dan fosfor. Selama proses operasi, udara tidak boleh masuk. Masuknya udara akan mempercepat produksi asam organik, menambah karbondioksida tetapi mengurangi methane. 

3. Pengolahan Secara Koagulasi dan Flokulasi
Koagulasi merupakan pengadukan secara cepat untuk menggabungkan koagulan dengan air sehingga didapat larutan yang homogen. Koagulasi disebabkan oleh ion – ion yang mempunyai muatan berlawanan dengan muatan partikel koloid. Ion – ion tersebut berasal dari koagulan. Penambahan ion – ion yang mempunyai muatan yang berlainan akan menimbulkan ketidakstabilan partikel koloid. Koagulan adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan menetralisasi muatan partikel koloid dan mampu untuk mengikat partikel koloid tersebut membentuk gumpalan flok. Efektivitas dari kerja koagulan tersebut tergantung pH dan dosis dari pemakaian dan sifat air limbah.

Solusi untuk Mengatasi Pencemaran Limbah Batik

Sejauh ini tak banyak yang bisa dilakukan Pemerintah kecuali memberikan mesin Unit Pengelolaan Limbah (UPL). UPL ini bisa mengolah 400 meter kubik limbah. Yang mana dengan mesin tersebut bisa mengurangi pencemaran limbah batik dilingkungan buaran dan sekitarnya.
Langkah lain adalah melakukan remediasi atau membersihkan racun di tanah atau air yang tercemar limbah melalui mikroorganisme maupun lewat tanaman yang bisa menyerap unsur logam seperti rami dan nilam.

Kesimpulan

Solusi pengolahan limbah industri ini perlu disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang berkecimpung dalam industri kerajinan ini. Karena dengan memberikan solusi-solusi korporasi tidak akan relevan dengan kebutuhan dan kapasitas mereka mengelola limbah. Solusi seperti inovasi alat penyaringan sederhana atau penggunaan bahan koagulan yang disesuaikan dengan daya beli masyarakat akan jauh lebih efektif dan tepat guna. Selain itu juga, meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai lingkungan juga dapat menjadi solusi jangka panjang yang baik.  

Daftar Pustaka

Sumarno, Ir. MS, Indro Sumantri, Ir.Meng., (1999), Pengolahan Limbah CairIndustri Kecil Batik dengan Bak Anaerobik Bersekat. Semarang : Seminar Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses 1999
Widodo. 2004, Batik Seni Tradisiona. PT. Penebar Swadaya : Yogyakarta